Review: Breylee Blackhead Mask ( Step 1) and Pore Minimizer Serum ( Step 2)

Hello, folks! It’s been quite a long time since my last review but worry not, today I am going to write a review for a brand that you might not be familar with but will soon fall in love with, Breylee. So, this brand had just recently gained its popularity last year, for one of their really hyped product, Breylee Blackhead Mask. First time I discovered this product is through an online shop which is quite popular in my country. They started praising this product, stating it is a holy grail for people with blackhead problem. Me being one of them, who own like the most stubborn blackhead ever, got curious and really wanted to give it a try. After that, when I was doing research on the brand, I found out it was actually a Chinese brand. Now, don’t get me wrong, I don’t have any negative sentiment toward China product. It’s just I had never tried any skincare brand from China previously, so naturally I had some doubts about the quality.

Another thing that surprised me is how affordable the price is. It was only around IDR 99.000 ( USD 6.95) depending on where you purchase it. In Indonesia, it already has official accounts on different marketplace and biggest online shopping mall (Sociolla and Zalora, to name a few). So if you decided to buy them after reading this review, I suggest you to buy them from those trusted places.

Without further a do, now let’s talk about the products. Like I mentioned before, it was a product designed to help tackle our blackhead problem. I am gonna show you what is in the Step 1 box first.

Breylee Blackhead Mask Packaging

So the Breylee Blackhead Mask is consisted of one bottle of products and paper that you will need to apply over the parts where you concern about. The bottle itself is tiny and looks like a nail polish bottle. Even the brush/ applicator is exactly like the one we find in nail polish. The paper had already been cut in small pieces, and we just need to stick them over the face after applying the product.

Breylee Blackhead Mask Step 1

The usage information on the box explained that we should apply this product after washing and steaming our face with warm towel to open up the pores. After applying the product, we need to wait for 3 – 5 minutes till it dried up and remove them carefully. Then we could proceed with washing our face with water and apply the Step 2 or other moisturizer.

Ingredients and Usage Instructions

So, other than the fragrance, the ingredients in this product is quite nice and there is nothing harmful. It was quite surprising because the price was so affordable.

I have tried this product several times, and it actually works. It pulls out my stubborn blackhead as you can see in the picture below ( disclaimer: it’s gonna be disgusting, so skip the picture if you hate stuff like this).

It works, but I would say that I am not a fan of the packaging. The bottle and applicator, being similar to nail polish is actually quite not hygienic in my point of view. Another thing, the brush is really thin that sometimes I face difficulty applying the products on my skin.

Now, we know that the Breylee Blackhead Mask actually works, let’s move on to the step 2, Breylee Pore Minimizer Serum. The claims on the box stated its function is to shrink pores and tightens skin. It can also help treat acne, fade acne scars and restore your skin health,

The bottle itself is quite tiny and like most of other serums, it uses drop pipette to dispense the product. As for the ingredients, here is the list. Just like the step 1 ( Blackhead Mask), other than perfume I find that the ingredients is quite nice for the price actually.

I know that we shouldn’t use this kind of strip off mask to get rid of blackhead because it is not really treating the problem. But I think using this products occasionally when you are on emergency will be fine. It works, and when you take it off, it is much less painful compared to conventional pore pack I’ve encountered before.

Pros:

  • Affordable
  • Good ingredients
  • Less painful compared to conventional pore packs
  • It actually works!

Cons:

  • Contain perfume
  • The packaging quality is not good
  • The step 1 packaging could be improved

So that’s my review for now, folks! Will I buy the product again when I run out of them? I would buy the step 1, for an emergency use, when I need those stubborn blackheads gone in a matter of 5 minutes. I am not sure about the step 2 though, as I didn’t really see the effect in shrinking my pores. That would be it, please let me know whether you decide to buy this product or not after reading this review! Till I see you again, folks!

Xoxo,

Melissa

Food Loss dan Food Waste. Ironi yang Tengah Kita Hadapi

Photo by Markus Spiske from Pexels

Tak banyak yang tahu bahwa 690 juta orang di seluruh dunia mengalami kekurangan gizi.1 Namun, saya yakin lebih banyak yang tak tahu bahwa setiap tahunnya, ada 1,6 miliar ton makanan terbuang. 2 Di satu sisi ada begitu banyak makanan yang terbuang, sementara di sisi lain ratusan juta orang tak memiliki akses untuk makanan yang cukup. Food loss dan food waste, sebuah ironi yang tengah kita hadapi di masa kini. 

Food loss adalah penurunan kuantitas dan kualitas makanan yang diakibatkan pengambilan keputusan dan tindakan dari pemasok dan terjadi pada tahap awal rantai pasokan makanan. Sedangkan food waste adalah penurunan jumlah atau kualitas makanan yang disebabkan tindakan dan keputusan dari konsumen, pengusaha retail dan usaha yang bergerak di bidang makanan. 3

Penyebab terjadinya food loss dan food waste sangat beragam dan melibatkan berbagai pihak, mulai dari produsen, pabrik, distributor, pengusaha retail, restoran, hingga kita sebagai konsumen. Food loss terjadi akibat kesalahan dalam penanaman, penanganan, penyimpanan, pemrosesan dan pengemasan. Sementara overstocking, kesalahan labeling, perilaku konsumen yang mengutamakan penampilan makanan dan membeli dalam jumlah berlebih mengakibatkan terjadinya food waste. 

Food loss dan food waste adalah isu besar yang harus kita perhatikan, bukan hanya karena ini merupakan fenomena yang sangat ironis. Berdasarkan data FAO, setiap tahunnya sampah makanan melepaskan sekitar 3,3 miliar ton gas rumah kaca ke atmosfer, yang mempercepat terjadinya pemanasan global. Selain itu, masalah ini juga menyebabkan kerugian ekonomi yang jumlahnya tak kecil. Sumber daya seperti tanah, air dan energi yang digunakan untuk menghasilkan makanan tersebut juga ikut terbuang sia – sia. 

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Mengetahui betapa konyol sekaligus seriusnya masalah ini, apa yang dapat kita lakukan? Masalah food waste dan food loss melibatkan seluruh lapisan masyarakat, sehingga upaya dan dukungan semua pihak dibutuhkan dalam memerangi masalah ini, dimulai dari konsumen, pebisnis hingga pemerintah.

Consumer

  1. Don’t Judge A Food by Its Looks

Pertimbangkan untuk membeli sayur atau buah yang bentuknya tidak sempurna. Dengan melakukan itu, kamu telah menyelamatkan mereka dari kemungkinan terbuang sia – sia. Selama sayur dan buah itu belum rusak, tampilannya tak akan berpengaruh banyak terhadap rasa. Begitu pula dengan daging dan bahan makanan lainnya.

Banyak makanan yang akhirnya dibuang oleh retailers karena tidak laku akibat tampilannya. Banyak dari bahan tersebut yang bahkan sejak awal ditolak oleh retailers dan dikembalikan ke produsen karena mereka yakin tak akan laku terjual. Dengan membeli bahan makanan tersebut, kita sebagai konsumen secara tidak langsung memberitahu para retailers bahwa kita tak memiliki masalah dengan bahan makanan yang slightly imperfect

  1. Plan and Only Buy The Things You Need

Begitu banyak dari bahan makanan yang berakhir terbuang bahkan sebelum dimasak karena terlanjur rusak. Hal ini sering terjadi karena kita membeli secara berlebihan tanpa perencanaan. Sebelum berbelanja, usahakan untuk menyusun rencana makanan selama beberapa hari ke depan, kemudian membuat daftar belanja. Ikuti daftar itu ketika berbelanja dan hindari melakukan pembelian impulsif. 

  1. Store Properly

Cari informasi mengenai cara dan masa penyimpanan makanan – makanan yang telah kamu beli. Makanan yang lebih cepat rusak sebaiknya disimpan di dalam kulkas dan freezer. Untuk menghindari makanan kadaluarsa karena lupa, gunakan aplikasi pengingat seperti Fridgely. 

  1. Repurpose atau Upcycle Masakan Sisa

Ketika terdapat sisa makanan, jangan buru – buru membuangnya. Usahakan untuk mengolahnya sisa makanan itu menjadi masakan lain. Misalnya nasi dingin bisa dijadikan nasi goreng, Ayam goreng bisa ditumis dengan bumbu atau dijadikan bahan tambahan sup atau bubur. 

  1. Finish Your Food When You Eat Out 

Selalu usahakan menghabiskan makanan yang telah kamu pesan. Sebelum memesan, pastikan untuk bertanya kepada waitress dengan jelas mengenai porsi makanan, atau kandungan bahan di dalamnya, agar kamu tak salah memesan. Apabila kamu merasa porsi makanan di restoran tersebut cukup besar, ajaklah temanmu untuk berbagi. Bungkus dan bawa pulanglah sisa makananmu bila kamu benar – benar tak bisa menghabiskannya. 

Photo by Tima Miroshnichenko from Pexels
  1. Donate Your Food 

Di beberapa kota, sudah terdapat beberapa organisasi yang membuka kesempatan bagi orang – orang untuk menyumbangkan surplus makanan mereka. Di Surabaya misalnya, ada Garda Pangan, sebuah organisasi yang menghimpun donasi makanan berlebih dari bisnis – bisnis dan individu yang masih layak dikonsumsi untuk diberikan kepada orang – orang yang membutuhkan. Ada pula Gifood, aplikasi yang berfokus menghubungkan orang – orang yang ingin mendonasikan kelebihan makanan dengan orang – orang yang kekurangan makanan.

Sumber: Garda Pangan

Gerakan – gerakan ini sudah mulai terbentuk di beberapa kota besar di Indonesia. Coba cari tahu organisasi semacam ini di kotamu. Apabila belum ada, kamu selalu bisa menemukan orang – orang di sekitarmu yang membutuhkan makanan. Ingat untuk memastikan bahwa makanan yang kamu sumbangkan adalah makanan yang masih dalam kondisi layak dikonsumsi dan bukan makanan sisa, seperti roti yang tinggal separuh atau tulang ayam.

  1. Spread The Knowledge

Sebarkan pengetahuanmu mengenai food waste dan food loss agar semakin banyak orang menerapkan zero food waste lifestyle. Kamu bisa mulai dari orang terdekat seperti sahabat dan keluarga, atau membuat konten di media sosial untuk meningkatkan kesadaran orang – orang mengenai isu sampah makanan yang kita hadapi. 

Business

Hanya dengan sedikit usaha, produsen dan retailer dapat mengurangi jumlah sampah makanan yang terbuang sekaligus meminimalisir kerugian secara signifikan. Produsen dan retailer bahkan dapat menciptakan usaha baru dari ‘ the unwanted food’  tersebut. 

  1. Perencanaan Stok yang Lebih Akurat 

Dengan perencanaan dan pembelian stok yang lebih akurat, pihak retailer bisa mengurangi jumlah bahan makanan yang terbuang karena tidak laku sebelum waktu kadaluarsa, sekaligus mengurangi kerugian yang dialami. 

Photo by Matheus Cenali from Pexels
  1. Ekonomi Sirkular

Ekonomi sirkular adalah sistem industri di mana bagian bahan yang tersisa dapat digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi produk baru.4 Dengan menerapkan konsep ekonomi sirkular, selain menyelamatkan bahan makanan yang berpotensi terbuang percuma, pelaku bisnis juga dapat memperoleh keuntungan dari penjualan produk baru yang dihasilkan. Salah satu perusahaan yang melakukan ini adalah Nibs Etc, yang menggunakan ampas buah dan sayur dari stand jus di London sebagai bahan baku granola mereka. 

  1. Penggunaan Label yang Akurat 

Sebagian besar orang membuang makanan mereka ketika sudah melewati best before date yang tercantumkan. Banyak yang tak tahu bahwa best before date hanyalah anjuran dari produsen , di mana sebaiknya makanan tersebut dikonsumsi ketika berada dalam kondisi terbaiknya sebelum tanggal yang tertera. Namun sebenarnya, makanan tersebut tetap aman dikonsumsi beberapa hari setelah melewati best before date tersebut. 

Beda halnya dengan label expiration atau use by date, di mana makanan tersebut harus dikonsumsi sebelum atau maksimal pada tanggal yang tertera. Setelah melewati tanggal tersebut, maka makanan tersebut sudah tak aman lagi untuk dikonsumsi. 

Untuk menghindari makanan terbuang karena kebingungan konsumen akan informasi label, produsen dan retailer dapat memberi solusi dengan mencantumkan label use by / expiration date di sisi best before date dan memberi edukasi kepada konsumen.

Government

Campur tangan pemerintah juga dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan ini. Pemerintah dapat mengadaptasi beberapa kebijakan yang telah berhasil diterapkan di luar negeri, misalnya membuat undang – undang di mana retailer akan dikenakan denda apabila membuang sampah makanan, seperti yang dilakukan di Perancis. Ada pula pemerintah Italia, yang pada tahun 2016 lalu mengumumkan bahwa mereka akan memberikan insentif berupa pemotongan pajak kepada pengusaha yang mendonasikan surplus makanan mereka. Mendirikan food bank atau organisasi non profit guna menghimpun dan mendistribusikan surplus makanan dari bisnis – bisnis makanan kepada orang yang membutuhkan juga bisa menjadi pilihan. Anak muda di beberapa kota di Indonesia sudah mendirikan platform yang menjembatani pihak yang mengalami kelebihan dan kekurangan makanan. Upaya ini bisa ditiru pemerintah untuk kemudian diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. 

Photo by Joel Muniz on Unsplash

Edukasi masyarakat juga sangat dibutuhkan karena banyak orang yang belum menyadari betapa seriusnya masalah sampah makanan. Organisasi seperti Bandung Food Smart City memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. 

Begitu banyak hal yang dapat kita dapat lakukan bersama untuk mengurangi masalah sampah makanan ini, sekaligus mengatasi isu kelaparan yang menjangkit begitu banyak orang di seluruh dunia. Food loss dan food waste setiap tahunnya mengakibatkan kerugian sebesar USD 1,063 triliun.5 Mengatasi masalah ini akan menguntungkan seluruh pihak, mulai dari konsumen yang akan menghemat pengeluaran untuk biaya makanan, bisnis yang dapat menurunkan kerugian akibat makanan terbuang, mengurangi emisi gas rumah kaca, hingga mengatasi masalah kelaparan yang menjadi salah satu target utama PBB. 

Sampah makanan bukanlah masalah dan tanggung jawab dari satu pihak semata. Dibutuhkan kesadaran dan usaha dari seluruh pihak untuk berkomitmen bersama – sama menciptakan solusi untuk masa depan yang lebih baik. Dalam memerangi isu ini, sama sekali tidak dibutuhkan langkah – langkah yang rumit. Kita bisa melakukannya mulai dari sekarang, agar kita tak perlu membayar harga yang jauh lebih mahal di masa yang akan datang. 

Sources:

1.http://www.fao.org/3/ca9692en/online/ca9692en.html#chapter-executive_summary

2.http://www.fao.org/news/story/en/item/196402/icode/#:~:text=The%20global%20volume%20of%20food,amounts%20to%201.3%20billion%20tonnes

3. https://www.futurelearn.com/courses/from-waste-to-value/2/steps/984202

4. https://www.futurelearn.com/courses/from-waste-to-value/2/steps/984209

5. https://www.futurelearn.com/courses/from-waste-to-value/2/steps/984201

Our Clothes. Who Really Pay for The Price?

I still remember back then, when I was still in college, my friends and I would go to the hip places every weekend, and we would dress up nicely so we could take a good photographs to be posted on social media. That kind of created an invisible pressure to look and dressed nicely, so we often would also go to a shopping mall almost every week for window shopping and buying new clothes.  Of course we don’t have to buy new clothes every time we hang out, but with social media at that time, it’s as if there is this unwritten rules that we shouldn’t being seen or captured wearing an outfit more than once, or at least twice. So, I often found myself also buying new clothes every now and then, and other times I would try to style my clothes differently to get a new look. Now, when I look back, of course I find it to be ridiculous. I mean, clothes were made to be worn over and over again aren’t they? So, it should never be a shameful thing to wear one thing again and again. During those times, I was well aware of global warming, the effect it has on our climate change, rise of the sea level and other stuffs.  But it never crossed my mind, that my fashion choice, the clothes that I buy have any part in it.

It wasn’t until few years ago when I watched two short documentary films on Youtube that I realized, all this time, without knowing it, we have been killing our environment slowly in the name of staying chic. I was stunned and decided to watch more videos and read articles about it, so I can have a deeper understanding. And that’s when I found out that fashion  is one of the most polluting industry in the world. When I heard and read about this, I wasn’t buying it. But then after digging more and more unfortunately, this statement is proven to be true. From the manufacturing process until the end of a clothing life, it left a huge negative impact on the environment.

  1. Raw Material Production and Manufacturing Process

According to World Wild Life, it took 2700 liters of water to produce cotton needed for a single t – shirt. It doesn’t stop there, cotton uses 6% of the world’s pesticides and 16% of insecticides, causing poisoning cases and other chronic ill health ( Pesticide Action Network, UK). Not to mention the possibility of the pesticides contaminating the soil and water. What about other material? They were just as bad for the environment, if not worse. A polyester shirt produce 5.5 kg of carbon dioxide, whereas cotton shirt produces 2.2 kg of it. 1

And let’s not forget about dyes that are used to give colors to our clothes. They are also one of the biggest contributor for industrial water pollution, some of them end up killing aquatic plants and animals. In one study, chemical dyes were even found in vegetables and fruits which were irrigated using contaminated water. 2

Photo Courtesy: Masterclass.com

2. Distribution Process

Because fashion operates in such a global scale, one single item of clothing could have crossed countries and continents before it reach the consumer. It is often the case, the raw material producer, garment manufacturing plant and the retail company are all in different countries.  You can imagine the energy and resources used to transport the goods and the carbon emission produced in those process.

3. End of Use ( Disposal)

Do you know that every second, approximately one garbage of truck of textiles end up in landfills or incinerated? 3

Due to the availability of more affordable clothes and trends that are changing so fast, people end up throwing away their clothes after only a few wear. According to Mckinsey  and Company, in almost every apparel category, consumers keep clothing items about half as long compared to 15 years ago. Some estimates even suggest that consumers discarded their lowest price garments after just seven or eight wears.

Photo Courtesy: Theguardian.com

While on the production side, report shows that as much as 12 percent of fibres are still discarded on the factory floor, 25 percent of garments remain unsold, and only less than 1 percent of products are recycled into new garments. 4

You might think that in the recent years, people and company are really invested in the idea of recycling things, so this shouldn’t be a problem. Unfortunately, it’s not as simple as that. Clothing is one of the hardest things to be recycled, due to the many components in it.

Why is this a problem? The thing is, landfills were estimated to generated 17 % of the total methane emissions in the US, making it the third largest contributor. Methane, a name we might have heard in global warming caution, is more potent in trapping the radiation and possess 25 times the impact of CO2 at warming the earth. 5

Now, what should we do after knowing all this facts?  What can we make out of this information? After studying about this issue, I’ve compiled the list of efforts we can do to save the environment and make a difference.

Buy Less

  • Wear what you already have

Take a look at the clothing you already owned and use them. If you feel like you are tired of wearing the same outfit over and over again, try styling it in a different way. Look for an inspiration from magazine, Pinterest or Youtube. Mix and match it with other items you already own. You can even do a DIY using your clothes that are already out of style and make it your own. Be creative !

  • Rent

When you truly feel like you need to wear a new outfit, consider the renting option. Nowadays, renting has been a favorable choice for some. You could save some money compared to buying a  new stuff and it is hassle free. You won’t have to deal with storage problem or worrying about the laundry. The best part of it, you could always get a new look without worrying about the huge carbon footprint you leave behind, because you are sharing the outfit with someone else. By doing that, you are giving the outfit a chance to get the most use out of before the end of its life. The renting options also could prevents overproducing of clothes and CO2 generated in making new ones. 6

Rent the Runway is one of the pioneer in this industry. Other rental services are also starts gaining attention, such as Nuuly, Le Tote, and Armoire. While in Indonesia, we have Style Theory, Rentique and Belsbee, each offering different pricing and style to choose from.

Photo Courtesy: Businessinsider.com
  • Repair

Everytime you found a torn, a hole or a broken zipper, don’t rush to throw it away in the bin. Consider the option of repairing it. Grab your needle and thread or visit your taylor to get it fixed.

  • Swap

Have any clothes which you don’t know when to wear? Or an outfit you love so dearly just few months ago but suddenly lose all interest in, and still in a good shape? Consider swapping them with your bestfriend or siblings. The chances are they also have a good outfit which no longer suit their taste, but might be perfect for you. By swapping your clothes, you get to have new outfit for free and you also help yours find a new home.

Buy Wisely

When you do have to buy a new outfit, these are some criteria you should look for.

  • Long Lasting Items with Good quality

Avoid buying fast fashion. They are trendy and affordable but, most of the time they quickly fall apart after just a few use. Fast fashion are also notorious for neglecting the workers safety and health. The workers who are mostly a citizen of a developing country are paid very low wages for their work. In some cases, fast fashion was also involved with child labor practice.7

 We can instead invest on basic items with good quality, such as :

  1. White and Black Blazer
  2. Neutral colors t – shirt and shirt
  3. A pair of black and white tailored pants
  4. Neutral colors cardigan
  5. Little black dress
  6. A pair of jeans
  7. A pair of short denim
  8. A pair of nice flats and high heels
  9. White sneakers
  10. Beautiful delicate jewelry

You can mix and match those stuffs easily, dress it up or dress it down according to your needs. A good quality items would stand the test of time much longer when you compared it to fast fashion.  Sure they will be more expensive, but try to think about the price per use for those items. For example, if you buy a white t – shirt from fast fashion brand for $7, and you can no longer wear it after using it 5 times, that means the price per use is $7 divided by 5 = $ 1.4

If you decided to buy a good quality white t – shirt for $70, and you wear it for 100 times, the price per use would be $70/ 100 = $0.7

It will cost you cheaper in the long run and and our environment will thank you.

  • Sustainable Material

By now, you would have already known that cotton and polyester are not a sustainable material. Polyester and other synthetic materials even took between 20 to 200 years to break down 8.

Some material that are considered to be sustainable are organic hemp, organic linen, organic bamboo, lyocell, recycled cotton and recycled polyester 9.

Photo Courtesy: Hugoboss.com
  • Buy secondhand

By buying secondhand items, you have prolonged its lifespan, preventing it ending up in landfills. Those items also don’t use additional resources compared to buying  new ones. The bonus? You might find a really cute outfit for a fraction of the price and own items that are unique to you.  Look for a great deal at the flea market in your town, Tinkerlust or Carousell.

  • Brands that support eco friendly movement

Look for information about brands that have done their effort to take part in sustainability practice. For example Patagonia, one of the first in the fashion industry to create sustainable system, uses recycled material and organic cotton for their products. They also encourage their customer to repair their garments instead of buying a new one.

In Indonesia, we have Cinta Bumi, a brand that uses natural dyes and Barkcloth which are ethically harvested as material for their products. They also try their best in making the most efficient cutting and pattern, to minimize the waste as much as they can.

More and more brands have joined in the wagon, so opt for them the  next time you need to buy new clothes.

Never Throw Away Your Clothes

Try your best not to throw your garments in the bin. Swap, donate, sell or upcycle them. Prolong their life, so the resources used in creating those things don’t go to waste in the landfills.

Educate Yourselves

Keep on educating yourself so that you will be aware of the environment issue caused by fashion industry. Those will affect your decision and act. It might also give information about things you can do to be sustainable in your fashion choice. Watch documenters, read articles and follow inspiring account on your social media such as @triupcycle, @revup.id, @slowfashion.bali and @lifeatpurpose.

Photo Courtesy:  Thought Catalog from Pexels

Spread The Words and Raise The Awareness

When you have already possessed the knowledge, pass it on to others. Tell the story and raise the awareness to your close ones. Together, all of us can make a great impact in this sustainability journey.

It might be too overwhelming to do all those things above at once. You could start by doing one and progressing to do another one. One step at a time. After all, a journey always start with one step.

I was clueless back then, and I realized a lot of people don’t know how big of an issue is this, and for that we can’t blame them. But through this writing, I hope people would came to realized things we had done in the past and what can we do about it. It’s gonna be a long way, and it’s not gonna be easy but, I am sure it will be worth it. I hope after reading this article, you will ask yourself everytime you decide to buy new clothes, who really pay for the cost beyond the price tag? Sometimes it is the workers in a developing country, other times it might be the earth we live in, or it might actually be you, but you just haven’t realized it. 

  1. https://www.bbc.com/future/article/20200310-sustainable-fashion-how-to-buy-clothes-good-for-the-climate
  2. https://edition.cnn.com/style/article/dyeing-pollution-fashion-intl-hnk-dst-sept/index.html
  3. https://www.ellenmacarthurfoundation.org/news/one-garbage-truck-of-textiles-wasted-every-second-report-creates-vision-for-change
  4. “A new textiles economy: Redesigning fashion’s future”, The Ellen McArthur Foundation, November 28 2017, https://www. ellenmacarthurfoundation.org/ publications/a-new-textiles-economyredesigning-fashions-future
  5. https://www.epa.gov/ghgemissions/overview-greenhouse-gases#methane
  6. https://www.elle.com/fashion/a29536207/rental-fashion-sustainability/
  7. https://www.thegoodtrade.com/features/fast-fashion
  8. https://www.close-the-loop.be/en/phase/3/end-of-life
  9. https://www.sustainablejungle.com/sustainable-fashion/sustainable-fabrics/

#LestarikanCantikmu Online Blogger Gathering

Jumat lalu (9/4/21), aku berkesempatan buat ngehadirin online gathering yang diselenggarain Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Madani Berkelanjutan dan Blogger Perempuan Network. Acara ini merupakan bagian dari kompetisi menulis blog dengan tema sustainable beauty and wellness yang aku ikutin dan diadain via Zoom karena situasi pandemi yang masih nggak memungkinkan buat kumpul – kumpul secara fisik. Tapi itu sama sekali nggak mengurangi keseruan dan antusiasme seluruh peserta untuk mendapatkan insight dan pengetahuan baru dari para pembicara. 

Acara diawali dengan Kak Fransiska Soraya selaku moderator menyapa para peserta acara, yang kemudian berlanjut ke games menebak kalimat dari gambar yang diberikan. Setelah sesi games, sebuah video berisikan interview terhadap belasan warga Jakarta ditayangkan. Dalam video itu, seluruh responden ditanyakan mengenai pandangan dan pengetahuan mereka mengenai produk kecantikan yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Sebagian besar responden memberikan jawaban yang nunjukin kalau mereka udah memiliki kesadaran dan minat yang tinggi akan produk kecantikan ramah lingkungan, dan ini merupakan hal positif yang patut bikin kita optimis. 

Setelah itu, acara berlanjut pada pembagian wawasan para pembicara, diawali dari kak Danang Wisnu, yang merupakan seorang influencer sekaligus content creator ternama tanah air yang sosoknya udah nggak asing lagi. Poin penting yang disampaikan Kak Danang selama acara adalah, pemakaian skin care harus jelas tujuannya. Karena agar sebuah skin care bisa bekerja efektif, maka kita harus tahu dengan jelas bahan – bahan yang terkandung dalam produk tersebut apakah sudah sesuai dengan kebutuhan kita.

Danang Wisnu. Content Creator.

Dari Kak Danang, pembicara kemudian beralih ke Kak Gita Syahrani selaku Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari. Beliau menyampaikan bahwa melalui studi yang dilakukan di Cina, Jepang dan Korea, masyarakat mulai menunjukkan kepedulian terhadap polusi yang ditimbulkan dalam proses produksi dan pengemasan produk kecantikan. Kak Gita juga ngajak kita buat nerapin langkah simple guna mendukung praktik sustainable beauty, yaitu baca label, kenali bahan, pahami komoditas awal, tahu dampak yang ditimbulkan, memilih opsi yang lestari dan berbagi cerita. 

Hal terpenting yang disampaikan Kak Gita selama acara adalah mencari dan memilih produk – produk yang bercerita. Produk dari brand – brand yang berani bercerita mulai dari mana bahan tersebut diambil, proses produksi, orang – orang yang bekerja di dalamnya, distribusi, khasiat hingga pengelolaan limbah. Satu perkataan Kak Gita yang paling membekas dalam ingatan aku adalah, 

“Yang berani cerita, berarti berani jamin juga kalau itu adalah sesuatu produk yang memang secara praktek lebih ramah lingkungan dan ramah sosial.”

Gita Syahrani. Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari

Gathering kemudian dilanjutkan dengan cerita dari founder Segara Naturals, kak Christine Pan mengenai awal mula beliau memutuskan untuk mendirikan sebuah brand kecantikan alami yang nggak merusak lingkungan.  Semuanya berawal ketika beliau sering melakukan traveling ke berbagai pelosok Indonesia namun harus menyaksikan betapa keindahan Indonesia mulai terkikis, akibat sampah plastik berupa botol – botol dan plastik kemasan produk kecantikan, juga hutan yang mulai gundul karena digunakan sebagai lahan. Mulai dari sana, Kak Christine mulai berupaya mencari produk – produk yang alami dan lebih ramah lingkungan. Namun, pada akhirnya karena tidak puas dengan produk – produk yang ada di pasaran, Kak Christine memutuskan untuk membuat produk sendiri. 

Kak Christine juga menyampaikan poin penting, di mana beliau mengatakan bahwa bahan baku Indonesia itu sangat luar biasa dan masih sangat banyak potensi yang belum digali. Kak Christine juga mengingatkan bahwa semua brand pasti hanya ingin menampilkan sisi baik, jadi tugas kitalah sebagai konsumen yang harus terus mengedukasi diri. 

Christine Pan. Founder Segara Naturals

Mendekati akhir acara, dibuka sesi tanya jawab di mana peserta bisa memberikan pertanyaan kepada para narasumber dan pembicara. Para peserta sangat antusias, dan sesi tanya jawab ini memberikan lebih banyak informasi, salah satunya mengenai komoditas lokal yang tak banyak dibahas seperti minyak Tengkawang.

Acara kemudian dilanjutkan dengan games yang serupa dengan games pada awal acara, di mana peserta diminta berlomba mengetikkan kalimat berkaitan dengan hint gambar yang diberikan.  Menjelang pukul 16.45 WIB, akhirnya puncak acara, yakni pengumuman pemenang kompetisi blog Lestarikan Cantikmu yang ditunggu seluruh peserta pun tiba. Pemenang ketiga jatuh kepada Irene Komala, dengan tulisannya yang berjudul Lestarikan Cantikmu dengan Komoditas Lokal dan Ramah Lingkungan kemudian disusul pemenang kedua, Claudia Liberani Randungan dengan tulisannya yang berjudul Ragam Komoditas Lokal untuk Kecantikan dan Kesehatan. Lalu, pemenang pertama, Bintang Putri Mahayana dengan tulisannya yang berjudul Cara Mengenali Produk Kecantikan dari Label Kemasan dalam Upaya Mendukung Sustainable Beauty. Acara akhirnya ditutup dengan pengumuman pemenang untuk kategori live tweet, instagram, games dan pertanyaan terbaik, dan sesi foto bersama seluruh peserta dan pembicara.

Online gathering ini berakhir memberikan sangat banyak informasi yang bermanfaat kepada seluruh peserta. Para peserta jadi lebih paham bahwa sebagai pengguna, kita memiliki pengaruh untuk menentukan produk seperti apa yang akan beredar di pasaran. Selain itu, pilihan kecantikan yang kita buat sedikit banyaknya akan mempengaruhi lingkungan dan masyarakat sekitar. Keseruan acara ini tidak lepas dari peran moderator yang sangat baik, para pembicara yang benar – benar paham akan topik yang mereka sampaikan dan penyelenggara acara yang memastikan kelancaran seluruh sesi. Semangat dan antusias para peserta juga merupakan bagian penting yang tak terlepaskan dari acara yang tak akan terlupakan ini. Kita hanya berharap semuanya bisa mengambil pelajaran positif dari gathering ini dan terus ingat untuk memilih pilihan yang lebih baik, meskipun itu bukan selalu pilihan yang paling mudah. 

Sampai jumpa di acara – acara berikutnya. Terima kasih kepada moderator, pembicara, Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Blogger Perempuan Network dan selamat kepada para pemenang! See you in another opportunity!

Cantik bersama Lingkungan

Apakah anda kerap membawa tumbler dan sedotan sendiri ketika membeli kopi untuk take away? Atau mungkin anda ke mana – mana membawa tote bag, agar tak perlu menggunakan kantong plastik kala berbelanja? Jika iya, anda mungkin sudah cukup familiar dengan konsep gaya hidup sustainable, yakni gaya hidup yang tidak atau hanya sangat sedikit memberi dampak negatif kepada lingkungan.  

Disadari atau tidak, hampir setiap pilihan dalam hidup kita berkaitan dan memberi dampak kepada lingkungan sekitar. Mulai dari penggunaan listrik, pilihan fesyen, hingga produk kecantikan yang kita gunakan. Iya benar, bahkan pilihan produk kecantikan kita turut berdampak pada jejak karbon yang kita tinggalkan. Tertarik ikut menerapkan konsep sustainability dalam ritual kecantikan kita? Berikut daftar hal yang dapat kita lakukan: 

  1. Say No to Plastic Packaging.

Sekarang, saya minta anda menengok ke meja rias, juga rak di kamar mandi dan mengamati produk – produk kecantikan anda. Terbuat dari apa kemasan produk – produk tersebut? Saya bisa menduga sebagian besar terbuat dari plastik. Kemasan plastik sangat populer karena harganya murah, kuat dan ringan. Namun kita tahu sampah plastik adalah salah satu  musuh terbesar lingkungan. Dalam proses produksi hingga pembuangannya, plastik menghasilkan emisi karbon tinggi. Di samping itu, plastik juga membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun hingga dapat terurai. Anda mungkin pernah melihat atau mendengar berita mengenai hewan – hewan laut yang terjerat atau ditemukan tewas setelah mengkonsumsi sampah plastik. Tragedi mengerikan itu hanya sebagian kecil dari dampak negatif yang diakibatkan oleh sampah plastik. Kita hanya ingin tampil cantik, dan tentu saja tak ingin melukai bumi dalam prosesnya, bukan? Lantas, apa yang harus kita lakukan?

  • Membeli produk dari brand yang menggunakan packaging ramah lingkungan atau recycled.

Beruntung, kesadaran masyarakat akan urgensi isu lingkungan terus meningkat, hingga mendorong lahirnya brand – brand yang mengusung nilai ramah lingkungan serta berkelanjutan. Salah satu brand yang sudah sejak dulu terkenal mengutamakan lingkungan dan pemberdayaan adalah The Body Shop. The Body Shop telah bekerja sama dengan Greenpeace International dalam mendukung energi terbarukan dan mulai menggunakan community trade recycled plastic dari Bengaluru, India untuk kemasan botol shampoo dan conditioner ukuran 250 ml mereka. Ada juga program di mana konsumen bisa menukarkan botol kemasan kosong The Body Shop dengan poin yang bisa dikumpulkan untuk mendapatkan hadiah.

Tak hanya brand luar, beberapa tahun belakangan ini, banyak lahir brand lokal yang juga mengajak konsumen untuk lebih peduli lingkungan seperti Akuna, Sensatia Botanicals dan Wangsa Jelita. Akuna menggunakan alternatif dari plastik seperti kaleng atau jar kaca pada sebagian besar packaging – nya. Pada produk – produk yang terpaksa menggunakan packaging plastik sekalipun, Akuna menawarkan opsi di mana konsumen bisa membeli refill produk dalam kemasan pouch plastik atau botol plastik bekas yang tentu saja sudah disterilkan. Selain itu, Akuna juga mendorong konsumen untuk mengirimkan kembali kemasan botol plastik yang sudah kosong untuk kemudian didaur ulang.

photo courtesy: Instagram @wangsajelita

Tidak jauh berbeda dengan Akuna dan The Body Shop, Wangsa Jelita juga membuat program olah sampah, di mana konsumen bisa mengirimkan kemasan kosong yang selanjutnya akan dikumpulkan untuk didaur ulang. Lalu, bagaimana kalau seandainya brand produk yang kita gunakan tidak menyediakan opsi seperti itu? Salah satu cara yang bisa kita gunakan untuk mencegah kemasan produk terbuang sia – sia adalah menggunakan kemasan itu sebagai vas/ pot atau wadah penyimpanan dan berusaha memperpanjang usia pemakaiannya. Cari inspirasi melalui Pinterest dan coba menjadi kreatif!

  • Memilih Opsi Refill

Di beberapa kota besar di Indonesia, sudah terdapat beberapa toko yang mendukung konsep berkelanjutan. Ketika berbelanja, konsumen didorong untuk membawa wadah penampungan sendiri guna mengurangi pemakaian kemasan plastik sekali pakai. Bahkan sekarang sudah ada pula stasiun refill keliling yang menggunakan gerobak dan motor. Hal terbaiknya? Kita bisa melakukan pemesanan melalui aplikasi! Semudah itu. Tersedia begitu banyak pilihan bagi kita, hanya tinggal apakah kita mau melakukannya atau tidak.

photo courtesy : Marketeers.com

2. Memperhatikan Label Komposisi Produk

photo courtesy: dokumentasi pribadi

Apakah anda memperhatikan label komposisi yang tertera sebelum memutuskan membeli sebuah produk kecantikan? Kalau anda menjawab iya, berarti anda adalah salah satu dari 0,1 % orang yang melakukan hal tersebut.  0,1 %? Benar, menurut Zap Beauty Index yang diselenggarakan pada bulan Mei – Juni 2018 terhadap 17.889 responden, hanya satu dari setiap seribu wanita milenial yang mengecek label/ informasi komposisi produk kecantikan yang mereka beli. Miris, mengingat komposisi adalah salah satu faktor utama yang menentukan seberapa efektif atau berbahayanya sebuah produk kecantikan. Bahan – bahan yang terkandung dalam sebuah produk juga salah satu faktor  penentu, apakah produk tersebut sudah ramah lingkungan atau tidak. Berikut adalah daftar bahan – bahan yang sebaiknya kita hindari demi lingkungan:

  1. Oxybenzone dan Octinoxate. Kedua bahan yang umumnya ditemukan pada sunscreen ini berpotensi merusak terumbu karang.

Alternatif yang dapat digunakan: Zinc Oxide dan Titanium Dioxide.

  • Plastic microbeads. Sering ditemukan dalam produk scrub atau face wash yang mengeksfoliasi. Bahan ini dapat terbawa saluran air hingga ke laut, kemudian dikonsumsi oleh ikan.

Alternatif yang dapat digunakan: Oats, kopi dan gula.

  • Mineral oil. Mineral oil tidak mudah terurai dan berasal dari sumber daya yang tak dapat diperbarui.

Alternatif yang dapat digunakan: Minyak kelapa, minyak zaitun dan shea butter.

  • Triclosan. Relatif berbahaya bagi alga dan berpotensi menimbulkan gangguan hormon pada hewan.

3. Menggunakan Produk Lokal

Ketika artikel ini ditulis, Pak Jokowi baru saja menghimbau masyarakat Indonesia untuk ‘ Cinta produk Indonesia, benci produk luar negeri.’ Tentu saja pernyataan ini digaungkan dengan tujuan utama memajukan perekonomian Indonesia, namun tahukah anda bahwa hal ini juga sejalan dengan konsep sustainability? Produk lokal, tentu saja menempuh jarak yang jauh lebih pendek untuk sampai ke tangan kita dibanding produk impor, dan meninggalkan jejak karbon yang juga lebih sedikit.

Selain itu, menilik perkembangan industri kecantikan di Indonesia, sudah sepantasnya kita bangga dan mulai melirik produk – produk buatan lokal yang kualitasnya jelas tak kalah dibanding produk impor. Wangsa Jelita lagi – lagi bisa dijadikan contoh positif, di mana brand ini mengutamakan penggunaan bahan – bahan alami dan memiliki visi memberdayakan UKM – UKM lokal. Bahan – bahan yang digunakan pun sebagian besar didapat dari komunitas lokal dengan sistem fair trade, seperti mawar, kopi, sereh hingga minyak kelapa yang dibeli dari petani – petani lokal, yang membuat produk ini tak hanya ramah lingkungan, tapi juga ramah sosial.

Photo courtesy:  Tom Fisk from Pexels

Brand – brand lain seperti Akuna, Sensatia Botanicals, dan Utama Spice juga mengusung nilai yang hampir sama, yakni mengutamakan penggunaan bahan – bahan dan komoditas lokal, seperti Kunyit, bunga Telang, Kemiri, minyak Kelapa, Kopi dan minyak Tamanu. Bahan – bahan natural yang sudah digunakan nenek moyang kita sejak dahulu kala ini memiliki khasiat beragam, dan memiliki potensi iritasi yang minimal.

  • Mawar:  antioksidan, berperan sebagai anti penuaan, meredakan iritasi dan peradangan pada kulit.
  • Kopi: mengurangi selulit, mencerahkan dan berfungsi sebagai antioksidan.
  • Sereh: antioksidan, mengontrol produksi minyak, sebagai anti bakteri dalam menyembuhkan luka dan jerawat.
  • Minyak kelapa: anti bakteri, meredakan peradangan dan melembapkan.
  • Minyak Tamanu: meredakan peradangan, antioksidan, dan melembapkan.
Photo courtesy: Utama Spice Bali

4.  Mengedukasi Diri

Hal terakhir yang tak kalah penting adalah berusaha untuk terus ter – update dengan informasi mengenai konsep keberlanjutan. Dengan begitu, kita akan terus mendapat pengetahuan baru tentang  hal –hal kecil yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Kita dapat memperoleh informasi dari mana saja, seperti melalui podcast, majalah, artikel website atau blog. Kita juga bisa memperoleh informasi melaui media sosial dengan mengikuti akun – akun informatif di Instagram seperti @sustaination, @madaniberkelanjutan.id, @bloggerperempuan dan @sustainableindonesia atau melalui video dari Youtube seperti berikut ini.

Empat hal di atas adalah tindakan kecil yang dapat dilakukan bila ingin melibatkan konsep sustainability dalam keputusan kita dalam membeli sebuah produk kecantikan. Mari berharap agar semakin banyak brand yang akan ikut terjun mendukung konsep sustainability dalam pembuatan dan pendistribusian produknya. Saya harap kita sendiri juga akan terus berupaya mendukung gaya hidup yang ramah lingkungan ini ke depannya, demi bumi dan generasi mendatang, bukan untuk ‘joining the hype’ semata. Kita mungkin tidak bisa serta merta melakukan semuanya sekaligus, dan itu tidak apa – apa. Perubahan besar tidak bisa dilakukan hanya dalam semalam. Kita bisa mulai melakukan perubahan kecil satu persatu, dan menyesuaikan mana yang paling cocok untuk kita jalani. Melihat begitu banyak perubahan positif yang terjadi dalam industri kecantikan ini, saya yakin ke depannya, kita hanya akan terus bergerak ke arah yang lebih baik. 

Sumber:

Review: Nourish Beauty Acne Care Plast

Hi! Hari ini aku bakal nge – review sebuah acne patch lokal yang cukup populer di kalangan skin enthusiast, Nourish Beauty Care Acne Plast. Review aku kali ini dalam bahasa Indonesia, karena, well, produk ini produk Indonesia, hehehe.

Aku udah coba cukup banyak produk acne patch lain sebelum ini, mulai dari brand Oxy, Missha, Cosrx, Derma Angel, you name it. Jadi, aku merasa penilaianku buat acne patch dari Nourish ini akan cukup objektif dan berdasarkan perbandinganku dengan acne patch yang sudah aku coba sebelumnya.

Disclaimer dulu, kalau kalian orangnya gampang jijikan, please skip this review, ya. Soalnya, aku post banyak foto- foto jerawat dan nanah hasil “hisapan” Nourish Acne Plast ini.

Nourish acne plast

First thing first, packaging luarnya pake kertas karton yang cukup tebal, berwarna pink mencolok. Sementara packaging dalamnya menggunakan semacam sachet kombinasi kertas dan plastik bening. Nothing special about packaging – nya, cuma aku pikir type packaging sachet yang disobek kayak gini akan lebih praktis dan higienis kalau diganti plastik tipe ziplock.

Dalam satu sachet ini berisi 12 patch yang ukurannya sama dan dari segi warna, cukup transparan dengan jatuhan sedikit kekuningan.

Oh ya, sebelum aku mulai review, aku info dulu ya. Ini klaim produk Nourish Acne Plast yang aku dapat dari website apotik Century.

Jerawat merupakan keadaan tersumbatnya pori-pori sehingga menimbulkan kantung nanah yang meradang.  Dengan menggunakan Hycocare Acne Plast dapat menghindari agar jerawat tidak disentuh dan dipencet, menyamarkan jerawat, menghindarkan jerawat bersentuhan langsung dengan make up, meminimalkan luka pada bagian berjerawat dan mencegah timbulnya bekas jerawat

Hycocare Acne Plast adalah penutup jerawat berbahan hydrocolloid yang efektif menyamarkan dan mengatasi jerawat dengan cara menyerap cairan jerawat. Hycocare Acne Plast meminimalkan timbulnya luka akibat jerawat & melindungi jerawat dari debu dan kotoran. Hycocare Acne Plast mempunyai tekstur yang lentur, tipis,mudah menempel, waterproof dan transparan sehingga menyatu dengan warna kulit.

Cara menggunakan

Cuci muka dengan menggunakan Nourish Acne Facial Foam, Lalu oleskan Nourish Acne Gel pada bagian yang berjerawat. Tunggu sampai kering. Tempelkan Nourish AcnePlast pada bagian yang berjerawat dan bisa dilanjutkan dengan penggunaan make-up. Lepas setelah cairan jerawat terserap oleh Nourish AcnePlast yang telah berubah warna menjadi putih.

Oke, jadi tujuan penggunaan Nourish Acne Plast ini adalah untuk mengurangi intensitas jerawat tersentuh ( plus keinginan kita buat mencet!), supaya ga kena make up, melindungi dari debu dan kotoran, sekaligus mempercepat penyembuhan dengan menyerap cairan jerawat.

Ini menurut pengalaman aku, ya. Jadi produk acne patch kayak Nourish ini, kalau di aku, cuma bekerja waktu dipake di jerawat pustula. Apa itu jerawat pustula? Jerawat pustula itu jerawat yang ada isi nanahnya, kadang orang nyebutnya jerawat yang ada matanya. Jerawat yang ada ‘kepala’ warna putih itu.

Jadi kalau dipake di jerawat lain ga bakal memberi efek apa – apa, kecuali proteksi biar ga terkontaminasi make up dan sebagainya. Satu lagi, aku biasanya nggak pake acne gel atau skin care lain – lain sebelum pake acne patch ini. Jadi begitu selesai cuci muka, aku keringin, terus langsung tempel acne patch nya, baru dilanjutin pakai toner, dan moisturizer karena cara ini yang works buat aku. Kalau kamu mau pakai acne gel dulu, baru pakai Nourish Acne Patch sesuai saran pemakaian dari Nourish, silahkan. Whatever works for you. Soalnya kulit masing – masing orang beda – beda kan, jadi harus disesuaikan yang paling cocok buat diri kita cara yang mana.

Nah, aku lagi dapet 2 jerawat pustula yang bener – bener ganggu menjelang siklus mens barusan, jadi ada bahan untuk me review Nourish Acne Plast ini.

Sorry, if this picture disgust you, tapi aku harus nunjukin kondisi jerawatnya sebelum dipakein acne patch.

Nourish Acne Plast saat digunakan

Jadi, dia memang gak yang bener – bener transparan, ada sedikit yellowish tint. Tapi kalau nggak diperhatiin dari deket, nggak bakal terlalu kelihatan kok. Jadi aku biarin Nourish Acne Plast ini semalaman ( jangan khawatir lepas, soalnya daya rekatnya kuat banget!), lalu besok paginya aku buka sebelum cuci muka, and this is how it looks.

Nourish Acne Plast setelah digunakan semalaman. ( Kelihatan penuh kan?). Pagi hari 1.
‘Hasil panen’ Nourish Patch setelah semalam.

Jadi setelah dipake semalaman, nanahnya langsung keluar dan nempel di acne patch nya. Terus kalau kalian lihat, masih ada sisa nanahnya juga di bagian yang jerawat, itu tinggal diusap aja. Kalau aku, habis aku usap pakai tissue, aku pakai tissue baru, terus aku tekan bagian atas dan bawah jerawatnya ( Jangan tekan jerawatnya ya, guys! Ingat tekan bagian atas dan bawah jerawatnya) sampai sisa nanahnya keluar, tinggal cairan bening atau darah. Habis itu aku cuci muka kayak biasa, keringin, terus langsung tempel Nourish Acne Plast lagi.

Tapi kalau kalian takut buat ngeluarin nanahnya, gak papa, just skip this step, tinggal kalian usap, cuci muka kayak biasa, terus langsung pakai Nourish Acne Patchnya. Kayak yang aku bilang sebelumnya, do whatever works for you.

Pemakaian acne Patch kedua

Satu hal lagi, untuk membuktikan daya rekat Nourish Acne Plast ini, aku sengaja olahraga sampai bener – bener keringetan, dan acne patchnya masih nempel!

Acne Patch habis olahraga, kelihatan udah ‘agak penuh’ lagi kan?
‘ Hasil panen’ acne patch kedua. Sore hari ke 1

Prosesnya berlanjut terus, acne patch dilepas, cuci muka kayak biasa, pasang acne patch baru, begitu terus sampai ‘isi’ dalam jerawat udah terhisap sampai habis dan jerawatnya udah rata, ya.

Pagi hari ke -2
Sore hari ke 2. ( udah dikit banget)
Ini penampakan jerawatnya setelah dua hari.
Nourish Acne Plast. Pagi hari 3.

Udah bener – bener tinggal dikit bangett, jadi pemakaian acne patch nya aku stop di sini. Berikutnya aku tunjukin progress healing jerawatnya ya.

Jerawat, pagi hari ke 3
Jerawat malam hari ke 3.

Bisa kalian lihat, jerawatnya udah kempes. Memang masih ada bekas dark spot sih. Tapi kalo di aku, jerawat pustula apalagi yang ukurannya gede memang pasti bakal ninggalin bekas warna gelap kayak gitu. Asal rajin pakai sunscreen, lama kelamaan bekasnya bakal memudar sendiri dan lama kelamaan hilang kok!

Buat aku, Nourish Acne Plast ini adalah acne patch kedua terbaik yang pernah aku coba. Performanya sedikit di bawah Derma Angel. Harganya juga affordable, aku biasanya beli di Alfa mart dengan harga 18.900. Kalian juga bisa nemuin Nourish Acne Plast ini di apotek Century, atau di marketplace online, kayak Shopee atau Tokopedia.

Dari segi daya tahan, Nourish acne plast juga kuat banget, bisa dipakai olahraga dan masih nempel. Aku ngerekomendasiin acne patch ini buat orang yang tangannya suka gatel buat megangin jerawat atau gak tahan pengen jerawatnya cepat kempes. Selain itu, ini bener – bener berguna banget kalau kita dapet jerawat di area pipi, hidung dan dagu yang sering tertutup masker, buat bantu ngurangin gesekan jerawat dengan masker yang bisa bikin makin iritasi. Apalagi daerah yang tertutup masker seperti kalian tahu selalu lembap dan terasa panas kan. Itu bisa bikin kuman dan bakteri berkembang biak. Dengan pemakaian Nourish Acne Plast, seenggaknya bisa meminimalisir kemungkinan itu.

Pro :

  • Harga affordable
  • Mudah ditemukan di Alfa terdekat atau di marketplace
  • Daya lekat kuat
  • Efektif dalam mempercepat penyembuhan jerawat pustula
  • Berguna banget untuk menghindari terkontaminasinya jerawat dari kotoran
  • Sangat berguna untuk mencegah jerawat bergesekan dengan masker.

Cons:

  • Slightly yellow – ish, jadi kalau diperhatikan dari dekat akan kelihatan
  • Hanya berfungsi saat digunakan di jerawat pustula

Jadi, itu guys, review aku buat Nourish Beauty Care Acne Plast. Kesimpulannya kalau kamu sering dapat jerawat pustula ( terutama di daerah yang tertutupi masker), aku ngerekomendasiin acne patch dari Nourish ini. This is a life changer product for me, and I hope it will be for you as well! Till I see you again, folks!

Xoxo,

Melissa.

Review: Innisfree Bija Cica Balm Ex

Hello, folks!

Okay, by now you must have already known about my devoted love to Korean beauty products, haven’t you? One of my most favorite brand of them all is Innisfree, and now I am going to talk about one of their most underrated products, Innisfree Bija Cica Balm Ex.

Okay, first thing first, I used this product as a moisturizer, because I feel it’s moisturizing enough for me. But, I think some people might feel the need to use another moisturizer on top of it.

The reason I was attracted to this product because Director Pi, one of my favourite Youtuber recommended it on her channel. If you don’t know Director Pi, you HAVE to check out her Youtube channel, https://www.youtube.com/channel/UCqrNqg3UgVoD3Sa-F_TxuSA

The second reason is because I took a look at the ingredients and instantly knew that this product contains lots of great ingredients for my sensitive, acne prone skin.

If it’s hard for you to read the ingredients from the picture above ( pardon my picture taking skills!), here I put the ingredients list for you, guys!

Water(Aqua), Propanediol, Glycerin, Cyclopentasiloxane, Squalane, Cyclohexasiloxane, Cetearyl Alcohol, Panthenol, 1,2-Hexanediol, C12-16 Alcohols, Polysorbate 60, Diisostearyl Malamte, Hydroxyethyl Acrylate/Sodium Acryloyldimethyl Taurate Copolymer, Palmitic Acid, Acrylates/C10-30 Alkyl Acrylate Crosspolymer, Hydrogenated Lecithin, Tromethamine, Cetearyl Glucoside, Torreya Nucifera Seed Oil, Disodium EDTA, Sorbitan Isostearate, Madecassoside, Asiaticoside, Madecassic Acid, Asiatic Acid, Glucose

The ingredients I absolutely love are:

  • Squalane: skin conditioning.
  • Panthenol: wound healing, skin conditioning, promote healthy and strong skin barrier.
  • Madecassoside: anti – oxidant, skin conditioning, wound healing, skin soothing.
  • Madeccasic acid: skin conditioning, wound healing.

Because my skin fall into the combination category ( dry at some part, while oily on the other), sensitive, and acne prone, I need things that would help to keep my skin’s moisture level in check, while also having calming and soothing effect at the same time. And boy, this product check all the boxes! Another thing is, this product does not contain any fragrance and synthetic colors. Not to mention I love the tube packaging, because it’s easier and feels more hygienic to me.

The texture of the product is not too thick or too watery, just right in the middle.

The product absorbs really fast and beautifully. You see, it doesn’t leave any greasy film on top of the skin.

I am really glad I found this product. If by any chance you are looking for product that could help you deal with your sensitive skin and strengthen your skin barrier, while also moisturizing at the same time, I would recomment this Bija Cica Balm Ex for you. If you only have some very specific areas of concern, you could apply this on that area, and then top it off by the moisturizer/ cream you usually use.

I just use this product as an all over the face moisturizer because I feel the moisturizing property is enough and my areas of concern tend to change from day to day.

Pros :

  • Very good ingredients
  • Fragrance and synthetic coloring free
  • Efficient packaging
  • Beautiful texture and easily absorbed into the skin
  • Support free trade!

Cons:

  • Fall on the pricier side considering the amount we get

So, that’s all about it folks! This truly is a great product that works for me, and I hope my review would be helpful in your consideration to whether you buy this or not!

Till I see you again,

Xoxo

Review: Son & Park Beauty Full Mask Soothing Type

Hey folks! I’m gonna make a review on another sheet mask this time, and by reading the title, I am sure you already know which one I am gonna talk about.

It’s another Korean brand, Son & Park, made by make up artist duo who are really really big in South Korea, Son Dae Sik and Park Tae Yun. Son Dae Sik has handled big names such as Jun Ji Hyun, and Park Tae Yun has handled Sandara Park, former member of 2ne1.

My first introduction to this brand was when I tried their beauty water, which I absolutely LOVE. So, when I saw Sociolla carries their sheet mask, I know I have to try it.

It initially has 6 variants, but Sociolla only carries two, Soothing and Clean type. The one I will review right now is the soothing type.

Here is the packaging and the ingredients list:

So you know I am the type that always look at the ingredients list before I buy a skincare, and the ingredients in this sheet mask is really really good.

You can see the first until the forth ingredients are water, Glyceryn, Agave Americana Stem Extract and Methylpropanediol. I don’t need to explain about water, and here is the explanation I got about Methylpropanediol from Paulaschoice.com,

Methylpropanediol is a synthetic ingredient that functions as solvent. In a cosmetic formula, it can enhance the absorption of ingredients such as salicylic acid. It also has pronounced hydrating properties that can leave a smooth, dewy finish on skin.

The rating of this ingredient on their website is good, and I have also checked Cosdna which rates the safety as 1 which means it ‘s very low hazard.

As for Glyceryn I am sure most of you had already know about it. But I will put the explanation from Paulas Choice website below.

Glycerin is a natural component of healthy skin. It’s also known as glycerine and glycerol, the latter being the term most often seen in studies about this ingredient.

Whether derived from vegetable or animal sources, or made synthetically, glycerin is hygroscopic. What that means is that glycerin can draw moisture from the air around us and help keep that moisture in skin. Another word for hygroscopic is humectant. Other humectants include propylene glycol, AHAs such as glycolic acid, hyaluronic acid, sodium hyaluronate, and sorbitol.

The other ingredients list mostly consist of plant and flower extract, which my skin absolutely also love ( but you have to check yourself whether you are allergic to these natural ingredients, because everyone reacts differently). Other than this natural ingredients, I have checked that almost all the ingredients are considered pretty much safe. Except for the fragrance, which is at the very bottom of the ingredients list, meaning that it is in the lowest percentage compared to other ingredients. Thank God, I am not allergic to fragrance, so my skin tolerates the fragrance in this products.

In fact, my skin loves this mask! So I have showed you when my forehead was in a sensitive condition due to fungal acne on my previous post, here. I am gonna attach the picture again as a comparison.

So here is how it looked before I applied this mask. It’s a little bit bumpy.

And here is how it looked the next morning, it’s absolutely smoother.

This sheet mask is also thoughtfully designed. The forehead part is designed lower than other sheet mask ( which I found a little bit strange at first), but then I found out it was purposely made like that so it won’t reach the hairline so we can use it and not ruining our hairstyle.

Another thing I like? You only need to apply this mask for 5 minutes. 5 minutes. How convenient is that? You can use it in the morning and reap the benefit in as short as 5 minutes!

Here is my summary about this product:

Pros:

  • Ingredients are 👍
  • Soothing effect is 👍
  • Price is 👍
  • Design and shape is 👍

Cons:

  • Contains fragrance and might be irritant to sensitive people.

Would I buy this product again? Yes , yes and yes. I can definitely see my self putting this sheet mask in my top 5 favorite of sheet mask!

Till I see you again folks!

Xoxo,

Melissa

Review: Blithe Pressed Serum Tundra Chaga

Hello folks! It’s been ages since the last time I wrote here. Discipline is a challenge for me, and I kept postponing on writing a new post here ( my bad, I know). So without further ado, I am gonna talk about the things that brought you here, my thoughts about Blithe Pressed Serum Tundra Chaga.

First of all, I heard about this product from the Glow Recipe co – founders, Christine Chang and Sarah Lee, who raved about it. This is what they say about this product, as I quote from theskincareedit.com,

” It’s a serum and moisturizer in one. It has the concentration of a serum, with 60 percent chaga mushroom extract, but it’s a very comforting, hydrating formula. So it really is the best of both worlds. It’s best for anti-aging, but it works for any skin type. “

So, knowing that both of them are some experts in K – beauty world, I was deeply interested in knowing the products they recommended. Another factor, as I was entering the age of 26 this year, I felt like I could honestly use some subtle anti aging product.

Besides, having a product which is a serum and moisturizer at the same time? Genius, I am that kind of girl who loves 2 in 1 product, it save my time, and the place in my skincare pouch. The way you use it is just like how you normally you use your moisturizer, spread enough amount of it all over your face after the cleansing and toning process. And voila! It acts as a serum and moisturizer at the same time.

Another thing that attracts me to this product is their ingredients. 60% Chaga mushroom extract? That’s amazing, it means more than half of this serum slash moisturizer consists of this Chaga extract. I like it when I spent my money on skincare and get high quality ingredients in return, and not just some filler I don’t actually need. This product is not cheap of course, it cost IDR 800.000/ SGD $64 ( depends on what country you reside in and where did you get the product from), but if you remember that this product serves 2 function, the price would make sense. But, if you want to save your money, I suggest you buy this product when some stores are having a promo ( 30% discount is definitely a save).

This is the list of the complete ingredients:

Inonotus Obliquus (Mushroom) Extract (60%), Water, Glycerin, Diglycerin, 1,2-Hexanediol, Triethylhexanoin, Polyurethane-39, Cetearyl Alcohol, Caprylic/Capric Triglyceride,Limnanthes Alba (Meadowfoam) Seed Oil, Olea Europaea (Olive) Fruit Oil, Argania Spinosa Kernel Oil, Candida Bombicola/ Glucose/Methyl Rapeseedate Ferment, Citrus Medica Limonum (Lemon) Peel Oil, Cedrus Atlantica Bark Oil, Pelargonium Graveolens Flower Oil, Alteromonas Ferment Extract, Sparassis Crispa Extract, Hydrogenated Vegetable Oil, Hydrogenated Lecithin, Lecithin, Butylene Glycol, Acrylates/C10-30 Alkyl Acrylate Crosspolymer, Polyacrylate-13, C12-16 Alcohols, Caramel, Palmitic Acid, Pentylene Glycol, Caprylyl Glycol, Polyisobutene, Glyceryl Acrylate/Acrylic Acid Copolymer, Potassium Hydroxide, Adenosine, Polysorbate 20, Disodium EDTA, Dipropylene Glycol, Methyldihydrojasmonate.

However, some people need to beware, despite the impressive ingredients list, it contains some oils and acid that unfortunately could trigger fungal acne for several people( which is sadly the case for me).

Yes, it triggers the development of some fungal acne on my forehead area as the pictures below show. It wasn’t that bad, but still it caused my forehead to be a little bumpy when my skin condition isn’t in the prime condition.

So before you decide to buy this product I suggest you read the ingredients carefully and see if there are any ingredients that might trigger your fungal acne. As for me I still haven’t figured out which ingredients trigger mine because I have used products containing acid and natural oils before, but it didn’t trigger my fungal acne. I guessed every product have different formulation and percentage of ingredients so maybe this product just didn’t work along with my forehead 😢.

Other than the fact that it cause fungal acne on my forehead, I loved this product. I really do. Just after 1 – 2 days of me using this products, I could already see my smile line significantly improved. My skin felt plumper, and I could see the anti aging claims working.

The texture of the product itself is beautiful, it spread and absorbs beautifully on my skin and it smells fine for me. So I guess I am having a love and hate relationship with this Blithe Pressed Serum Tundra Chaga. I have my own pros and contra about it.

It absorbs really fast, leaving a subtle glow on the skin.

Pros:

  • Quality Ingredients
  • Beautiful texture
  • 2 function in a product
  • The anti aging claim really works!

Cons:

  • It could trigger fungal acne for sensitive person
  • Falls on the pricier side ( but remember it’s a two in one products!)

So, honestly would I buy it again? Unfortunately no, I am gonna look for other products that won’t trigger fungal acne for me. But, for you who doesn’t have any problems with fungal acne, I encourage you to at least try this products! It’s that good!

Till I see you again my folks,

XOXO,

Melissa.

My Johanna Basford’s Secret Garden Colored Page Updated

Hello there, it had been so long since I posted my colored page from Johanna Basford’s Secret Garden book. So I decided to post some of my newer pages.

I still need to learn more sophisticated technique but I am happy with the results I have created. The illustration Johanna created was so beautiful that it helped me along my journey in coloring her pages.

What do you think? If you have any suggestion or advice, please let me know 💖

Xoxo,

Melissa